Senin, 05 September 2016

Sebuah Nama Sebuah Cerita

PENYESALAN SEORANG SUAMI

dAPAT tRUE Story dari email nih :D
=============================
Afdoal Al Bimani

Mungkin kami,,, bukan dari kebanyakan orang,,,
...tp jg mungkin tak sedikit pula yang punya kisah cinta seperti kami.

Aku dan istri ku,, bertemu dan saling mengenal dari sebuah komunitas chating.

Selayak nya anak muda yang gemar dengan dunia maya. Kami berteman, bersahabat, kerap saling berbagi cerita,,meski sekali pun kami belum pernah bersua.

1 thn lebih kami dekat di dunia samar…kami saling mendengar suara saja jika kami beramai2 Call conference.
1 thn berlalu,, kami memutuskan “kopdar” alias kopi darat dengan teman2 satu grup.

Kami saling jatuh hati…. Aku dan dia menjalin hubungan jarak jauh. Kami tak mempersoalkan asal mula kami kenal, jarak dan sebagai nya,,kami hanya yakin bahwa kami saling sayang dan serius menjalani komitmen.

Hampir 1 tahun kami pacaran jarak jauh. Aku memutuskan untuk menyusul nya, ke kota tempat dia bertugas.
Dan itu kali pertama semenjak kami berpacaran… kami bertemu langsung…

terasa kikuk, sungkan, malu dan aneh. Karena selama ini kami hanya menjalani kisah “maya” orang bilang.
6 bulan setelah aku pindah ke kota tempat nya bertugas,, kami memutuskan untuk menikah.

Aku tau,, dan sadar sepenuh nya,, penyesalan ku hingga detik ini tak akan mampu mengembalikan segala nya.

Suatu hari… saat aku tengah membereskan barang-barang istri ku,,aku menemukan sebuah buku,, aku pikir itu hanya buku agenda biasa saja.. aku buka2.. aku temukan selembar photo… photo kami berdua dulu,,, ketika awal aku datang ke kota ini,,, aku masih pengangguran,,, dan istri ku dengan senyum tak pernah memandang ku sebelah mata. Aku pandangi photo itu,,, aku balik dan tertulis “Bunda sayang Ayah”…
Aku pandangi photo itu,,, aku balik dan tertulis “Bunda sayang Ayah”…........
meski kalimat sederhana..tapi nyata nya mampu membuat ku meneteskan air mata. Betapa selama ini aku tak pernah peduli dengan kata itu,,, dan tak pernah mau menyadari nya. Lalu aku buka lembar demi lembar buku harian istri ku,,, semakin terasa sesak dada ku ini,,, sebagai seorang lelaki, aku telah merasa gagal Istri ku.

Di satu hari dia menuliskan “malam ini aku menangis lagi…”
panjang lebar istri ku mencurah kan perasaanya di buku harianya.

Betapa tak pernah aku tau, selama ini istri ku menangis dalam diam nya. Ketika aku sepulang kerja, tak pernah sekali pun hanya sekedar mencium kening nya atau pun mengelus perut nya yang tengah mengandung anak kami. aku lebih memilih langsung menyalakan computer ku, buka forum, dan game online sampai subuh.

Aku buka lagi lembaran berikut nya tertulis di hari yang berbeda, istri ku menuliskan “Sejujur nya aku tak sanggup tapi kan kucoba bertahan”
tertulis betapa pedih nya hati istri ku, Karena tak pernah sekali pun aku di hari libur meluangkan waktu untuk sekedar bersenda gurau dengan nya, dan dengan calon buah hati. betapa istri ku merasa perih ketika aku, sepulang kerja. karena begitu banyak nya beban kerja di kantor, aku pulang dengan tiba2 diam pada istri ku, mungkin aku tak menyadari nya..tapi ternyata istri ku,,begitu tersentuh dengan tingkah laku ku. Aku tak sadar aku telah menyakiti nya.

Aku ingat, betapa sering nya istri ku coba mengajak ku bicara, menghibur ku dengan canda nya tapi aku membalas nya dengan wajah tanpa ekspresi “aku cape”. tapi ternyata aku betah semalam suntuk di depan computer ku. Dan aku sama sekali tak menyadari bahwa dalam hati istri ku terluka dengan sikap ku.

Aku ingat, ketika aku merasa tak cukup mampu bertanggung jawab memenuhi kebutuhan rumah tangga. istri ku tak pernah menuntut. dia hanya tersenyum dan berkata “selama ayah sayang sama bunda, tetep senyum untuk bunda bunda ikhlas” tapi aku selalu menjawab nya dengan sinis “tetap saja kita butuh uang untuk makan. butuh uang bukan dengan senyum lantas kita kenyang”

dan aku ingat betul ketika suatu pagi aku acuh kan istri ku,
aku menggerutu, gag punya uang, lapar, gag bisa makan! Istri ku bertanya “terus gmn”?
aku menjawab “ya sudah gag makan mau bagaimana”
istri ku dengan sabar menjawab “ya cari donk ayah sayang.” sembari tersenyum.
Dengan enteng ku jawab “malas”. Istri ku terdiam, aku pun tak perduli, aku lanjutkan saja tidur ku.

Tak berapa lama, istri ku membangunkan aku,, memberiku segelas kopi, dan mengajak ku makan.
Hanya ada mie goreng instant dan kerupuk. Rupa nya istri ku pergi ke warung padahal lumayan jarak rumah ke warung jika berjalan kaki, sementara perut nya sudah membesar mengandung anak ku buah cinta kami.

Aku merasa bersalah, sempat aku meminta maaf, istri ku bilang “jangan pernah berkata seperti tadi, aku ikhlas dan terima ayah apa ada nya. tapi jangan berkata seperti tadi, aku sedih” dan aku lihat dia menangis sembari memeluk ku. Tapi aku tak pernah jadikan itu sebagai cambuk untuk ku.

Dari hari ke hari aku tetap dengan keseharian ku, dengan rutinitas yang aku anggap wajar. Hingga suatu hari tiba waktu istri ku untuk cuti dari kantor nya karena sudah mendekati waktu persalinan. Istri ku menelpon ku di kantor menanyakan tiket pesawat. Mungkin karena aku sibuk aku jawab saja sekena ku. Aku bilang booking tiket 1 saja, aku biar di sini, alasan ku karena kondisi keuangan kami yang tidak memungkinkan. Aku pun membiarkan istri ku berangkat sendirian, ke Jakarta.

Dalam kondisi kandungan hampir Sembilan bulan. Aku tak pernah terlintas dan berpikir, ternyata istri ku begitu sedih, merasa aku tidak memperhatikannya, merasa aku tidak mengkhawatirkan nya, dan entah perasaan2 apalagi yang ada dalam hati nya. Yang pasti dia begitu bersedih tapi sekali lagi dia hanya diam dan menerima saja keputusan ku.

Dan sekarang aku baru tau kepedihan-kepedihan yang selama ini istri ku pendam. Aku lebih memilih menghabiskan malam ku di depan computer buka forum dan main game online dibanding bermain-main dengannya dan juga calon buah hati.
aku begitu jarang mengajak nya bicara dan mengelus perut nya, aku telah menelantarkan anak ku sendiri sedari dia masih dalam perut bunda nya,
aku tak pernah menyadari,,istri ku menangis karena setiap malam nya aku tak pernah tidur di samping nya, aku tak pernah mau tau betapa dia rindu dengan peluk ku,, aku lebih memilih tertidur di karpet setelah semalam suntuk main game online.
Aku tak pernah menyadari kesalahan2 ku,
aku membiarkan istri ku tetap melakukan pekerjaan rumah tangga meskipun aku melihat dia melakukanya dengan susah payah karena perut nya yang semakin membesar,
aku biarkan istri ku, aku acuhkan dia, meskipun dia berulang kali ucap “ayah bunda kangen”.
aku tetap dengan dunia ku, dengan forum ku dan dengan game online ku, meski di hari libur ku sekalipun.

Dan sekarang, aku rindu, Aku ingin memeluk nya, memeluk istri ku tercinta,menemani nya tidur, memeluk nya ketika dia merasa cemas akan kehamilan nya, memberi nya semangat ketika dia merasa ketakutan membayangkan persalinan, dan aku tak pernah melakukan itu dulu.

dan sekarang aku ingin

tapi aku tak bisa.
istri ku tersayang telah pergi
pergi untuk selama nya
membawa kepedihan yang selama ini aku tak pernah mau tau.
Aku bertopeng dengan “sibuk demi menafkahi keluarga”
tapi aku tak pernah sadar. bahwa dia dan juga buah hati ku membutuhkan ku.
Tak ku sangka, saat itu adalah saat-saat terakhir aku bisa melihat nya,
dia slalu meminta ku tidur di samping nya tapi aku slalu menolak,
dan sekarang. aku tak bisa lagi satu ranjang dengannya

dia telah berpulang berjuang demi anak ku.
anak kami.
Maafkan aku istri ku.
Bahkan di saat terakhir dalam hidup mu pun aku tak ada di samping mu
entah dengan apa aku bisa menebus semua itu.
Semoga kau tenang di alam sana.
aku mencintai mu dan aku menyayangi mu.
Aku tau semua ini terlambat…..
========== END OF STORY ====================

Sahabat ku, jangan sia2kan apa yang sudah diberikan bahkan seburuk apapun pemberian itu, karna saat kita kehilanganya maka yg ada tinggal penyesalan yg ga brarti lg. "kesampingkan ego dan kepentingan diri sendiri ketika kita telah memutuskan untuk berkomitmen. ketika berani memutuskan menikah, menjalani segala sesuatu yang tak lagi "milik ku" melainkan "milik kita"... maka harus berani jg dengan segala konsekwensinya"